Singgahanku di Gubuk Musafir

Gubuk Musafir

Kata Tuan Guru Nik Aziz...

" Kita semua adalah musafir di Bumi ini.. Sebagai musafir tentulah kita perlukan bekalan dan tempat berehat.. Jangan terlalu mengejar destinasi sampai terlupa melihat dan memenuhi bekalan.. Perjalanan panjang.. Kadang2 kita perlu berehat di pohon yang rendang tapi jangan terlalu lama sehingga kita terlupa untuk meneruskan perjalanan.. "

Kita hidup dalam perjalanan. Sebuah perjalanan panjang menuju sebuah destinasi abadi. Hakikat dunia hanyalah sebuah teratak usang menjadi tempat sang musafir menumpang teduh. Sebuah gubuk yang menunggu saat, menanti waktu untuk runtuh. Ya, pasti lambat laun gubuk ini pasti hancur.

Hakikat kehidupan dunia sangat pendek, dibanding dengan kehidupan akhirat yang tidak berakhir. Sedetik kehidupan dunia, ratusan tahun di akhirat kelak. Maka usah disia-siakan detik-detik di dunia, kerana kelak nanti pasti diperhitungkan dihadapan Allah serta akan dibalasan setimpal. Jelas peringatan Rasulullah S.A.W melalui sebuah hadith:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرِ سَبِيْلٍ

Ertinya : “Posisikanlah dirimu di dunia ini seperti halnya orang yang mengembara atau orang yang melintasi jalan”.

Rasulullah S.A.W mengibaratkan kehidupan dunia umpama melintasi jalan. Seberapa lama pun masa kembara, sang musafir pasti akan kembali ke rumahnya, pasti rumah asalnya merupakan kediaman abadi. Demikianlah perumpamaan dunia sebagai jambatan lintasan ke akhirat. Dunia hanyalah teduhan, gubuk sang musafir yang pasti akan ditinggalkan demi meneruskan sebuah perjalanan menuju ke destinasi abadi.

“Hidup di dunia ibarat bersinggah untuk minum“

Pepatah orang jawa amat tepat dengan sabda Rasulullah S.A.W tadi. Dunia adalah sumur untuk diambil airnya sebagai bekalan dalam musafir. Jangan sampai perjalanan kita ke akhirat dengan bekalan yang serba kurang, apalagi tanpa bekal sama sekali, sebab di sana tidak mengenal mengemis yang memohon belas kasihan orang lain sebagaimana di dunia. Manusia sibuk dengan urusannya sendiri, sibuk dengan perhitungan amalan dan segala tingkah lakunya saat di dunia kepada Sang Khaliq. Kepada siapa kita mahu mengemis andai kita miskin di sana?

Posted in: